Tugas Terstruktur
Sejarah Islam Asia Tenggara
|
Dosen Pembimbing
Bpk.
M. Fahli Zatra Hadi
|
PERKEMBANGAN ISLAM DI SINGAPURA
OLEH:
II/KOM/C
BAYU DERIANSYAHPUTRA
NIM : 11443101443
INTAN CORNELA
NIM : 11443201113
NANDA FADILA SARI
NIM : 11443201366
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2015
KATA
PENGANTAR
Dengan lafadz Bismillaahirrahmaanirrahiimi dan ucapan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah Swt atas rahmat dan inayah-Nya yang
tidak pernah pupus. Sehingg penulis mampu menyelesaikan makalah Sejarah Islam Asia
Tenggara tentang “Perkembangan Islam Di Singapura” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam atas
junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang
telah menjadi inspirasi dan teladan bagi seluruh umat islam di dunia. Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad wa
‘alaa aali Muhammad, assalaamu’alaikum ya Rasulullaah.
Pembuatan makalah ini menggunakan
metode studi pustaka, yaitu mengumpulkan dan mengkaji materi Sejarah Islam Asia
Tenggara Singgapura dari berbagai referensi serta media massa salah satunya
dari internet. Metode ini digunakan agar makalah ini dapat memberikan informasi
yang akurat dan bisa dibuktikan.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Bpk. M. Fahli Zatra Hadi sebagai pengajar
mata kuliah SIAT yang telah membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis pastinya
tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam penyusunan makalah ini,
yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas
segala kekurangannya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya, baik bagi penulis maupun bagi para pembaca. Terima kasih.
Pekanbaru, 29maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN.............................................................. 3
1.
Latar Belakang ............................................................... 3
2.
Rumusan Masalah .......................................................... 3
3. Tujuan............................................................................. 3
BAB II : . PEMBAHASAN ................................................................ 4
1. Pengenalan Singapura..................................................... 4
2. Fase Awal Islam di Singapura
....................................... 6
3. Islam Fase Kolonialisme................................................. 7
4. Komposisi Penduduk Muslim
Singapura .................10
5. Fase Islam Di Negara Singapura Kontenporer.............. 11
BAB III : ............................................................................. PENUTUP 22
1.
Kesimpulan .................................................................. 15
2.
Saran ............................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Balakang Masalah
Dewasa
ini banyak diantara kita yang tidak suka untuk belajar dari sejarah. Tampa kita
sadari bahwa sejarah sangatlah berguna untuk menjadi acuan hidup kita. Sejarah
perkembangan Islam di Singapura memperlihatkan bagaimana cara kita untuk dapat
berbaur dengan etnis lain seperti etnis Cina dan India yang mayoritas
non-Muslim.
Walaupun
di zaman kolonialisme Islam tidak menjadi prioritas pemerintah, tapi Islam
tetap berusaha menjadi Etnis yang kuat dan dapat berkembang. Masyarakat Melayu
Singapura yang beragama islam sangat minim akan pendidikan formal, tetapi
mereka berusaha untuk membangun pendidikan, sosial dan ekonomi mereka yang
akhirnya dapat membuat taraf hidup mereka menjadi setara dengan Etnis lain.
Sikap gigih Muslim Singapura membawa mereka berkembang dengan baik, dan menjadi
etnis terbesar nomor dua setelah Cina.
2.
Rumusan Masalah
a. Apa
itu negara Singapura?
b. Bagaimana
penyebaran Islam di Singapura?
c. Apa
saja upaya masyarakat Melayu Singapura untuk bersaing dengan etnis lain?
3.
Tujuan Penulisan
a. Untuk
mengetahui tentang negara Singapura
b. Untuk
mengetahui bagaimana cara penyebaran Islam di Singapura
c. Untuk
mengetahui bagaimana semangat penyebaran Islam oleh Muskim Melayu Singapura
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengenalan Singapura
Singapura
adalah negara kota yang kecil dengan luas 620 Km.
Bahasa resmi dari Singapura adalah bahasa Inggris. Singarpura berdiri pada
tanggal 9 Agustus 1965 atau keluar dari
Negara federasi Malaysia. Negara ini menganut paham “Secular Moderen” dimana
pemerintah bersikap netral terhadap semua agama dan ras. Karna
itulah Singapura memiliki penduduk dari berbagai ras dan
penganut berbagai agama. Singapura
adalah sebuah Negara Republik dengan system pemerintahan parlementer. Dalam UUD
Negara ini terdiri dari Eksekutuf, Legislatif dan Yudikatif. Presiden adalah
sebagai kepala Negara, tetapi tidak memiliki kekuatan politik. Sedangkan
perdana Menteri adalah pemimpin cabinet dan adminitrasi pemerintahan sehingga
otomatis kekuatan politik di pegang penuh oleh perdana Mentri.
Memiliki
penduduk dari berbagai ras dan penganut berbagai agama. Penduduknya berjumlah
4.425.720 jiwa. Hampir 77 persen warga singapura adalah China, dengan minoritas
suku Melayu, yaitu 14 persen dari seluruh total. Berikutnya di susul oleh India,
Pakistan dan Arab. Penduduk muslimnya hanya berjumlah 15% dari jumlah seluruh
penduduk, yang mana 13,9 % diantara memeluk Islam itu adalah etnis Melayu, dan
lainnya berasal dari Pakistan, India, dan Arab. Sisanya terdiri dari 61%
penganut Budha, Taoism, dan Kong Hu Cu, 14,6% Kristen, 4% Hindu, dan lain-lain
sisanya. Sebagian besar etnis Melayu menganut mazhab Sunni, muslim yang berasal
dari timur tenggah dan Afrika menganut mazhab Maliki, Muslim India dan Turki
menganut mazhab Hanafi, sementara Muslim Saudi Arabia menganut mazhab Hanbali.
Singapura
dikelilingi oleh negara Muslim terbesar, Malaysia dan Indonesia, Singapura
selalu sensitif dalam mengelola hubungan etnis dan agamanya. Pemerintahan
memperlihatkan reputasi yang sangat baik dalam pemerintahan. Singapura adalah
sebuah masyarakat yang kaya, dan berfungsi sebagai tranportasi utama dan
offshore-finance hub bagi Asia Tenggara.
Dalam
perjalanan sejarahnya, Singapura menjadi satu diantara pusat Islam paling
penting di Asia Tenggara. Hal itu disebabkan oleh keunggulan sebagai pintu
masuk bagi perdagangan Internasional antara Eropa, Timur Tengah, Australia dan
Timur Jauh. Selain sebagai transit perdagangan, posisinya yang strategis juga
telah memungkinkannya menjadi pusat Informasi dan komunikasi dakwah Islam, baik
pada masa kesultanan Malaka, masa kolonial, sampai pada awal abad ke 20. Dengan
demikian jelas lah bahwa Singapura memiliki peranan penting dalam penyebaran
islam dalam Asia Tenggara. Peran pentinting tersebut berlahan–lahan berakhir
ketika kekuasaan kolonial semakin kokoh, dan terus berlanjut, ketika pada
akhirnya Singapura memisahkan diri dari negara federasi Malaysia dan menjadi
negara repoblik yang merdeka pada tahun 1965, umat islam menjadi minoritas,
selanjutnya komonitas Muslim yang sebagian besar besar adalah bangsa melayu
menepati kelas dua di bawah etnis China.
2.
Fase Awal Islam di Singapura
Sejauh
sejarah yang di dapat, Singapura telah dihuni pada masa prasejarah. Pada tahun
1100-an Singgapura telah d jadikan kota pelabuhan dan pada tahun 1200-1300
pelabuhan Singapura telah menjadi pusat perdagangan. Sebelum menjadi Singapura,
wilayah tersebut lebih di kenal dengan nama “Tumasik” (Jawa) atau “Tumasek” (China)
yang berarti kota pantai.
Menurut
sejarahnya, nama Singapur baru di perkenalan oleh Sang Nila Utama yang bergelar
Sri Tan Buana yang sedang berlayar dan terdampar di tumasik. Ditempat baru
tersebur Sri Tan Buana melihat seekor binatang aneh yang mirip dengan Singa.
Hal ini diyakini sebagai tanda baik, sehingga Sri Tan Buana serta rombongannya
menetap dan membangun wilayah tersebut, dan menamai wilayah Tumasik dengan
“Singapura”. Istilah tersebut diambil dari bahasa sangsakerta : singa, berarti
singa binatang buas, dan Pura yang berarti : kota. Dengan demikian, Singgapura berarti
kota Singa.
Mengenai kapan
islam masuk ke Singapura sulit di jelaskan karna dahulunya kita tau bahwa Singapura
ini adalah bagian dari Malaysia. juga tidak ditemukan data otentik yang
dapat dijadikan acuan.
Pada akhir abad
ke-13 wilayah Singapura menjadi wilayah kekuasaan Malaka. Hal ini berawal
ketika singapura dikuasai oleh raja Paramesara penguasa baru Tumasik ini
dikemudian hari diserang oleh armada Maja Pahit, dan terdesak ke Malaka, pada
saat itu Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan yang penting di kawasan
ini, bahkan dapat di sebut sebagai pusat perdagangan di Asia. Olah karenanya
Malaka juga berfungsi sebagai pusat penyebaran Islam di Asia Tanggara.
Pada
abad ke-15 pedagang muslim menjadi unsur penting dalam perdagangan wilayah
Timur, tidak terkecuali Singapura. Beberapa dari para pedagang yang berdagang kesana mareka menetap dan bahkan menikahi wanita-wanita yang
ada di sana, sehingga terjadilah sebuah keluarga yang berkembang makin waktu
kewaktu terus berkembang. Ada juga dari para pedagang Arab yang membawa istri dan anak-anaknya
tinggal bermukim di sana. Bagi yang belum membawa keluarga setelah dapat ongkos
mereka baru membawa keluarganya. Orang Arab
yang berdagang ke sana memamfaatkan keuntungngan mereka dengan berbuat amal
kebaikan, membangun mesjid, membantu houspital, serta menganjurkan pertemuan
pada tanggal penting islam. Lama kelamaan mereka membentuk
komonitas sendiri.
Dalam
komonitas ini juga sudah terdapat sistem pendidikan agama yang bersifat
tradisional. Pada umumnya mereka belajar agama dirumah-rumah, yang kemudian
dilanjutkan di surau-surau dan mesjid. Pada tahun 1800-an kampung Glam, dan
kawasan Rocor menjadi pusat pendidikan tradisional. Dalam hal ini guru-guru dan
imam mereka sangat berpengaruh, terutama dalam mempraktekkan agama dan
upacara-upacara sosial keagamaan. Dengan demikian guru-guru dan imam sngat
penting pernannya dalam memupuk penghayatan keagamaan pada manyarakat muslim
Singapura. Muslim Singapura pada masa awal mamakaiMazhab Syafi’i dan berfaham
teologi Asy’ariyah.
3. Islam
Fase Kolonialisme
Pada
tahun 1511 Malaka jatuh ditangan Portugis yang diikuti oleh kemunduran para
sultan Malaka ke Selat Johor merupakan awal kemunduran dan kehancuran wilayah
Singapura. Selama 130 tahun kolonialisasi Portugis di Malaka yang tercatat
sekjak tahun 1511, kebijakan kolonial tampak cenderung mencegah penyebaran
Islam dan menghambat perkembangan dagang Muslim. Meskipun demikian, portugis
gagal dalam masalah ini, terutama karena Melayu Muslim terus-terusan berupaya
melawan kolonialisasi Portugis. Perlawanan yang gencar inilah yang menyebabkan
Belanda ketika mengalahkan Portugis pada tahun 1641 mentolerir kekuasaan para
penguasa Melayu tradisional yang pada saat itu terpecah akkibat persaingan
antar negeri.
Selanjutnya,
Singapura berada di bawah kekuasaan Inggris. Pendudukan inggris di Singapura
tidak terlepas dari usaha Stamford Raffles, yang kemudian di anggkat sebagai
bapak pendiri Singapura. Raffles berhasil menjadikan Singapura sebagai
pelabuhan bebas dan pasar Internasional di Asia Tenggara. Kota ini juga
menjelma sebagai kota transit jalur pergdagangan antara India dengan China,
serta menjadi pintu masuk bagi kawasan Asia Tenggara.
Dalam
merebut Singapura dan merawat daerah jajahannya yang masih muda ini, Raffles
banyak d bantu oleh kolonel Wiliiam Farquhar, yang menjabat sebagai Residen
Malaka sejak 1803-1818. Pada tanggal 29 Januari 1819, Raflles dan Farquhar
mendarat si Muara Sungai Singapura dan bertemu dengan tumenggung Abdurrahman,
untuk menandatangani perundingan. Pada tangga l 6 Februari 1819, Tumenggung dan
Sultan Husein dari Johor telah menandatangani sebuah persetujuan pendirian
basis dagang bagi East India Company.
Perjanjian berikutnya ditandatangani pada tahun 1824, yang berisi pernyataan
bahwa East India Company dan pewarisnya memiliki hak yang kekal atas Singapura
dan semua pulau-pulau dalam jarak 10 mil dari pantai Singaputa.
Demikian
lah pendudukan Inggris dimulai, suatu pendudukan yang berdampak sangat besar
bagi perkembangan Singapura selanjutnya, terutama bagi perjalanan Islam dalam
Masyarakat Melayu. Apa yang dimulai tidakhanya dengan campur tangan tak
langsung, akan tetapi juga mengarah pada bentuk investasi lebih langsung ke
wilayah-wilayah yang secara tradisionan merupakan domain (wilayah kekuasaan)
sultan-sultan Melayu termasuk Islam. Kendatipun kebijakan inggris lebih
simpatik-bils dibandingkan dengan kebijakan Portugis dan Belanda-namun peranan
mereka tidak hanya sekedar memberikan nasihat, akan tetapi nasehat tersebut
harus dilaksanakan.
Sejauh
menyangkut perkembangan Islam di Singapura, beberapa kebijakan Inggris
berdampak cukup besar terhadap islam. Diantaranya adalah kebijakan Inggris
tentang masyarakat Pluralis (majemuk). Karena kepentingan-kepentingan Inggris
terhadap wilayah jajahan baru tersebut, khususnya dalam pengadaan tenaga kerja,
makadikeluarkan kebijakan ‘pintu terbuka’. Artinya demi kelancaran ekonomi
Singapura, kolonial mendatangkan sejumblah tenaga kerja dari Cina dan India.
Kebijakan tersebut menyebabkan pluralitas masyarakat yang terdiri dari bukan
saja etnis melayu, tetapi juga etnis Cina dan India yang tidak terintegrasi ke
dalam mainstream (arus utama)
lingkungan pribumi. Sebagai akibatnya, orang Cina, India dan Melayu membiarkan
diri mereka berada di kantong-kantong etnis mereka sendiri., seperti tempat
tinggal, jenis pekerjaan, jenis pendidikan maupun agama. Imigrasi besar-besaran
terutama keturunan Cina yang didukung oleh Inggris telah membantu eksploitasi
ekonomi dinegeri itu. Satu hal yang perlu dicatat disini adalah bahwa selain
imigrasi dari etnis Cina dan India, pihak colonial juga membawa para misionaris
Kristen dari Inggris yang berupaya untuk menarik minat kaum pribumi masuk
kedalam agama Kristen.
Imigrasi
yang tidak dibatasi ini selain membawa dampak pada aspek ekonomi juga membawa
dampak pada aspek politik. Bangsa Melayu Muslim yang semula menjadi mayoritas
di Singgapura sekitar tahun 1830-an akibat imigrasi besar-besaran telah menjadi
minoritas. Dampak lebih jauh adalah semakin minimnya elite Muslim yang
berkuasa. Ini menyebabkan posisi tawar menawar kaum muslim terhadap pemerintah
menjadi lemah.
Pada
abat ke-19 di kalangan komonitas Islam di Singapura juga terdapat kelompok
pendatang yang berasal dari jawa, sumatera, sulawesi, dan bawean serta kelompok
imigran yang berasal dari luar seperti Muslim India, dan keturunan Arab
khususnya Hadramaut (Sharon Shiddiq, 1988: 389)
Kedatang
imigran secara besar-besaran ini secara tidak langsung telah membuat pelabuhan
Singapura berkembang menjadi gerbang ekonomi yang penting di selat Malaka.
Mudahnya terjadi imigrasi besar-besaran seperti ini bisa di fahami. Karena
sebelum kemerdekaan hubungan antara masyarakat dari berbagai belahan dunia
sangat cair (fluid). Secara
demografis sangat mudah sekali terjadi perpindahan penduduk dari suatu wilayah
ke wilayah lainya, atau sekedar berkunjung dari satu kesultanan ke kesultanan
lainya. Hal ini mudah terjadi karena seseorang tidak harus direpotkan oleh
aturan-aturan kewarganegaraan. Untuks konteks Singapura abad ke-19 hal ini
telah menjadikan Singapura selain sebagai sentra ekonomi juga menjadikan
Singapura punya peranan penting selain sebagai pusat perdagangan juga sebagai
pusat informasi dakwah islam.
Komonikasi
yang terjalin antar tokoh Islam tersebar diberbagai wilayah seperti tokoh
tarekat, tokoh reformis atau modernis, menggunakan Singgapura sebagai kota
penghubung atau jembatan menuju beberapa daerah yang hendak dikunjungi. Fungsi
Singapura ini sebagai kota transit ini menemukan momentumnya takkala jumlah
haji semakin meningkat. Karena jumlah haji khususnya berasal dari kawasan Asia
Tenggara pergi dan kembali dari mekkah melalui Sinapura. Itulah sebabnya kota
mengapakota pelabukan ini menjadi pusat informasi bagi Syiar Islam. Kota ini
misalnya, memegang peran penting dalam penyebaran Tatekat Naqsabandiyah di
Sumatera.bukan tampa alasan jika Ismail Minangkabawi salah seorang tokoh
Tarekat Naqsabandiyah setelah kemnali dari Mekkah memilih Singapura sebagai
pangkalan aktivitasnya bukan tempat asalnya Simabur. Dengan demikian dapat
diambil pengertian bahwapada abad ke-19 Tareqat Naqsabandiyah telah berkembang
di Singapura dan bahkan menjadikan kota ini sebagai pusat komonikasi dan
kegiatannya.
Selain
Tarekat Naqsabandiah di Singapura juga berkembang Tarekat Muhammadiyah.
Pendidikan Shyeih Muhammad Suhaimi bin Abdullah memilih Singapura sebagai
tempat tinggalnya selama 40 tahun. Setelah beliau meninggal tarekat ini di
sebarkan oleh anak cucunya dan para hkhalifah yang telah dilantik oleh syeih
Suhaimi sendiri. Tarekat ini kemudian menjadi terkenal di tangan Ustad Ashari
bin Muhammad pendiri dan pemimpin darul Arqam. Sejauh menyangkut penyebaran
syiar islam, singapura juga berperan sebagai pusat informasi bagi kaum reformis.
Islam di Singapura juga disyarkan
oleh para ulama dari berbagai bangsa belahan Asia Tenggara dan benua
kecil India yang berdagang ke sana. Seperti Syaikh Ahmad Haminuddun
(Minamgkabau), Syaikh Tuanku Mudo (Aceh), syaikh Ahmad Hminudin, Syaikh Syed
Usman bin Yahya bin Akil (mufti Betawi), Syaikh HabibAli Habsi (Kwitang,
Jakarta), Syaikh Anwar Sribandung (Palembang), syaikh Muhammad Jamil Jaho
(Padang Panjang) dan lain-lain.
4.
Komposisi Penduduk (Muslim) Singapura
Sampai Tahun 1990-an
Dalam pengertian persentase
etnis, penduduk Singapura relatif stabil semenjak pertengahan abad ke-19.
Perubahan demografik yang mengesankan terjadi pada awal
abad ke-19, ketika
penduduk Cina secara perlahan mulai mengambil alih menjadi penduduk mayoritas
yang menonjol dibanding yang bersuku Melayu. Sejak tahun1891 jumlah penduduk
Cina Singapura adalah 67.1%, Melayu 19.7%, India 8.8% dan yang lain-lain,
termasuk Eropa dan Arab, 4.3%. Sensus yang dilakukan pada tahun 1990
menunjukkan keseluruhan penduduk Singapura berjumlah 2.7 juta orang.
Komposisi penduduknya
terdiri dari mayoritas Cina dengan 77.7%, Melayu 14.1%, India 7.1 % dan warga
lainnya 1.1% (J.L. Esposito, 1995:76). Sementara itu kalau jumlah penduduk
dilihat dari komposisi keagamaannya pada sensus yang sama tahun 1990 adalah
sebagai berikut: pengikut Budhha 31.1%; Taoisme 22.4%; Islam 15.3%; Kristen
12.5%; Hindu 3.7% dan agama lain 0.6% (Sharon Siddique, 1995:1). Dilihat dari
komposisi keagamaan, etnis Melayu secara mayoritas merupakan pemeluk agama
Islam. Atau bahkan bisa dikatakan bahwa etnis Melayu berarti Islam. Komposisi
penduduk Melayu yang 14.1% adalah sama dengan 380.600 orang. Dilihat dari segi
tingkat pendidikannya adalah: Pendidikan Non-Formal 15.1%; Pendidikan dasar
32.7%; Pendidikan Sekolah Menengah Pertama 47.3%; Pendidikan Sekolah Menengah
Atas 3.5% dan Pendidikan Tinggi 1.4%.
Sedang apabila dilihat dari komposisi pekerjaannya adalah: Bidang Teknik dan
Professional 9.7%; Bidang Administrasi dan Managerial 1.1%; Ulama dan Guru
Agama/Profesi Keagamaan 15.4%; Sales dan Servis 14.0%: Pertanian dan Nelayan
0.3%; Produksi dan Relasi 57% dan
lain-lain 2.5%. Mengenai partisipasi kerja antara laki-laki dan perempuan
adalah: laki-laki pekerja 78.3% dan wanita pekerja 47.3% (Sharon Siddique,
1995:4). Dalam dua puluh tahun, antara
tahun 1970 sampai tahun 1990, menurut Sharon Siddique, telah terjadi perubahan
yang dramatis atas Muslim-Melayu Singapura. Telah terjadi peningkatan, misalnya
dalam bidang pendidikan: untuk pendidikan tingkat menengah pertama dari 36.4% menjadi
47.3%; pada tingkat menengah atas dari 1.0% menjadi 3.5% dan pada pendidikan
tinggi dari 0.2% menjadi 1.4%. Dalam bidang pekerjaan, yang paling menarik
adalah menurunnya persentase dalam bidang pertanian (dari 5.3% menjadi 0.3%);
sales dan pelayan (dari 27% menjadi14.%), dan menaiknya secara tajam pada
bidang produksi (43% menjadi 57%). Pergeseran juga terjadi pada kemampuan
keahlian etnis Melayu untuk mengikuti perkembangan teknologi tinggi. Karena
upah yang lebih tinggi hanya mungkin diperoleh dengan tingkat keahlian dan
produktifitas yang tingi. Rata-rata pendapatan keluarga perbulan adalah S$
2,246 % (Sharon Siddique, 1995:4).
5.
Fase Islam di Negara Singapura
Kontenporer
Karena
kuatnya perbedaan politik, tahun 1965 Singgapura memisahkan diri dari Malaysia
dan menjadi negara repoblik yang merdeka dengan pemerintahan parlementer
seperti negara itu berhasil mendekati
pemerintah agar mengesahkan suatu Undang-Undang yang mengatur hukum peersonal
dan keluarga Islam. Tepatnya pada Agustus 1966, parlemen Singapura mengeluarkan
pengaturan pelaksanaan hukum Islam (Administrationof
Muslim Law Act) atau AMLA merupakan penggunaan hukum Islam. Namun demikian,
administrasi ini bukanlah hukum islam itu sendiri. Akta ini memberikan uang
Fleksible bagi Dewan Agama Islam, Pengadilan Agam, dan pencatatan Perkawinan
Islam dalam menerapkan hukum Syari’at.
Untuk
mengatus administrasi hukum Islam itu, pada tahun 1968 dibentuk pula sebuah
badan yang dikenal dengan nama Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS), sebagai
sebuah badan hukum untuk menjadi penasehat presiden singapura dalam hal-hal
yang berkaitan dengan agama Islam. MUIS yang didirikan dibawah ketentuan AMLA
antra lain berwenang untuk mengatur administrasi hukum Islam di Singapura,
seperti mengumpulkan zakat maal dan
zakat fitrah, pengaturan perjalanan ibadah haji, mengorganisir sekolah-sekolah
agama, mengelola masjid serta memfungsikan sebagai tempat untuk dakwah dan
kegiatan masyarakatmuslim lainya, serta memfungsikannya sebagai tempat untuk
dakwah dan kegiatan masyarakat muslim lainya, serta pemberian beasiswa bagi
pelajar Muslim. Di samping itu Majelis Ugama ini juga berwenang untuk
mengeluarkan fatwa.
Di
negara Singapura yang maju, masyarakat Muslim kebnyakan hidup dengan standar
ekonomi yang lebih rendah dibandingkan dengan saudara senegaranya yang
non-Muslim. Pada tahun 1980 tercatat hanya 679 orang Melayu yang berprediket
sarjana.
Menyadari
kelemahan dan kekurangan pada bidang pendidikan formal agama Islam di satu
sisi, dan kebutuhan Muslim Singapura untuk meningkatkan standar hidup melalui
pendidikan di sisi lain, maka pada bulan agustus 1981, dibentuklah sebuah
Majelis Pendidikan Anak-Anak Islam (MENDAKI). MENDAKI menerima dukungan
dan bantuan keuangan dari pemerintah. Badan ini di tumbuhkan pada
tahun 1981 atas usaha ahli-ahli parlemen Melayu-islam untuk mengatasi
kemerosotan orang Melayu, seperti yang di perliatkan pada tahun 1980. dalam
tujuh tahun pertama, mendaki sangat perhatian terhadap soal pendidikan. Ia
mengadakan kelas bimbingan setiap menggu dan nasehat kepada pelajar dan
kkeluaga mereka. MENDAKI tidak perlu berjaya, kelembapannya kaadang-kadang
mejadi kritikan.
Pada tahun 1989, satu seminar diadakan di dewan persidangan singapura,
untuk memutar haluan baru bagi MENDAKI. Perlu ada komitmen sepenuhnya dan
usaha. Dengan komitmen sepenuhnya orang melayu yang kaya atau yang punya
kekayaan untuk membantu saudaranya yang kurang mampu,komitmen dukungan
masyarakat terhadap rancangan MENDAKI, komitmen pemerintah sebagai bukti anda
mau bekerja sama mencapai aspirasi masyarakat anda.” Para peserta seminar dari
berbagai masyarakat islam setuju dengan beliau. Mereka menyokong MENDAKI agar
meluaskan kegiatan serta menyususn semula rancangan-rancangannya dengaan
menawarkan lebih banyak program pedidikan. Di sampang mengajukan kegiatan
sosial dan ekonomi. “ sebagian keberhasilan orang melayu-islam dalam pendidikan
adalah di sebabkan oleh Mendaki. Program terkemuka adalah bimbingan pada akhir
minggu. Kelas-kelas utamanya semula pada Februari 1980 degnan 60 orang pelajar
kelas “A”, menghadiri kelas setiap hari Ahad di mesjid AL-Anshar di Chai Chee
dan mesjid Al-muttaqin di Ang Mo Kio.
MENDAKI mengendalikan lebih dari 10.000 orang pelajar di 14
pusat. Rata-rata berumaur sekitar sembilan hingga delapan belas tahun. Para
pelajar manghabiskan petang sabtu atau pagi ahad mendalami pelajaran yang di
peroleh dari sekolah. Ada juga program-program khusus, seperti kelas matematik
lanjutan dan kelas bahasa inggrais yang intensif untuk pelajar yang sederhana
kebolehannya. Dua lagi projek utama merupakan bagian dari strategi pengayaan
untuk semua MENDAKI, yaitu untuk pelajar pandai dan untuk pelajar yang
pencapaiannya di bawah standar.
Kegiatan lain MENDAKI adalahn kelas-kelas computer,
ceramah tentang orang tua yang baik, bengkel membaca, kemah-kemah cuti sekolah,
anugrah dan beayasiswa. Dia juga memberi pinjaman tampa angsuran. Bagi pihak
pemerintah, MENDAKI menguruskan subsidi iyuran pendidikan tinggi bagi orang
melayu, satu proyek yang membolehkan orang melayu yang membolehkan pendidikan
gratis di peringkat perguruan tinggi.
Proyek utama MENDAKI dalam bidang sosial dan kebajikan adalah
mendirikan pusat pelayanan keluaga dengan kerjasama persatuan pemudi islam
singapura (PPIS). Dalam bidang ekonomi, MENDAKI mencatat perkembangan besar
mmelalui amanah salam mendaki (ASM), sebuah tabung bagi masayarakat islam.
MENDAKI juga telah memasuki bidang memberi latihan kepada pekerja islam dan
kepada pekerja sama denga Lembaga Penghasil Negara (NPB) Untuk tujuan ini. Para penyokong MENDAKI sadar
bahwa banyak keberhasilan yang telah di capai. Yang lain juga merasa banyak
lagi yang boleh di lakukan. berawal perdebatan
ini, lahir sebuah badan yang hampirsama tujuannya yaitu angkatan kariawan islam
(AMP). Parapenggerak utamanya ialah sekumpualan kariawan islam yang muda bekas
pemimpin pelajar yang aktif takkala di universitas dulu. Setelah memantapkan
kerja dan keluarga masing-masing, mereka merasa masyarakat memerlukan komitmen
mereka.
Kerap di anggap pesaing MENDAKI, AMP dengan segera menyiapkan
pelbagai rancangan dari pada bersifat pendidikan kepada konseling untuk
keluarga serta individu dan program-program latihan bagi para pekerja. Pada
awal tahun 1994, AMP mendirikan pusat latihan untuk meningkatkan kemahiran
pekerja melayu islam. Dan kemajuan kemahiran pemerintah telah menyumbang lebih
$2 juta dalam usia ini. Dalam masa tiga tahun akan datang kira-kira 6,600 orang
pekerja islam akan menjalani latihan. AMP juga giat dalam usaha niaga, ia
mendirikan sarikat pemegangan untuk kegiatan perdagangan dan pembangunan di
rantau ini.
BAB
III
PENUTUP
1) Kesimpulan
Singapura adalah negara
kota kecil dengan banyak etnis, dimana etnis paling besar adalah etnis cina
yang mendominasi semua kawasan singapura.
Islam awal sejarah
Singapura sangatlah berkembang, dimana Singapura menjadi tempat bertemunya para
pedagang dari berbagai wilayah. Dengan demikian islam sangat mudah di sebarkan
di Singapura. Islam menjadi mayoritas saat itu di semenajung melayu.
Pada fase pertengahan
atau fase kolonialisme, Islam di Singapura menjadi minoritas, karna saat itu
Inggris membebaskan masyarakat dunia untuk berimigrasi di sana. Tidak hanya itu
Inggris juga membawa misioner khusus untuk pengkristenan di Singapura.
Walaupun Muslim masa
kolonialisme menjadi minoritas, tapi pada masa sekarang islma sudah mulai
membaur lagi dengan kegiatan-kegiatan yang ada di Singapura
2) Saran
Penulis menyarankan
agar pembaca dapat menyadari bahwa sangat penting untuk mempelajari sejarah
serta pembaca disarankan memahami dan meyakinkan hati untuk dapat mengembangkan
Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Dardiri,
dkk. 2006. Sejarah Islam Asia Tenggara.
ISAI dan Alif Riau : Riau
Gusrianto.
2012. Diktat Sejarah dan Perkembangan
Islam Asia Tenggara. Pekan Baru
Helmiati.
2011. Sejarah Islam Asia Tenggara. Zanafa : Pekan Baru
Suhaimi,
dkk. 2009. Sejarah Islam Asia Tenggara
(SIAT). Unri press : Pekan Baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar